Rasisme, antara adu domba dan gesekan moral

Rasisme, antara adu domba dan gesekan moral


Sedang hangat diperbincangkan dimana kasus "rasisme" untuk salah satu sutu bangsa Indonesia. Entah apa dasar yang membuat suatu kelompok bertindak rasis, jangan lupa jika kita adalah bangsa Indonesia, sebuah bangsa yang memiliki beragam suku budaya yang bersatu dibawah naungan ideologi pancasila. Banyak berita mengenai rasisme di Surabaya dan Malang, dan juga mengatakan jika pelaku rasisme adalah aparat, entah itu benar atau tidak, tapi yang jelas banyak dari mahasiswa papua yang mengalami luka-luka akibat dari tindakan yang dilakukan oleh suatu oknum terbut.

Melihat saudara mereka diperlakukan tidak adil oleh orang lain, tentu membuat masyarakat papua geram, sehingga melakukan demonstrasi besar-besaran di tanah papua, sampai mereka mebakar gedung, ban dan juga turun kejalan untuk mendapatkan keadilan bagi saudara mereka di luar pulau papua.

Mengutip dari tirto.id, United Liberation Movement For West Papua (ULMWP), Organisasi payung untuk gerakan politik kemerdeakaan papua, polisi mencatat ada 226 mahasiswa papua pada demo 14-18 Agustus yang ditangkap di beberapa daerah di Indonesia seperti Jayapura, Maluku, Surabaya dan Malang. Kenapa begitu banyak mahasiswa yang harus ditangkap? Apakah mereka semua bersalah? tentu tidak, bahkan mungkin jika harus ditanya mereka mungkin ada yang hanya ikut-ikutan.

Bersumber dari sebuah informasi di aplikasi whatsup, dan kemudian meledak dengan besarnya ke permukaan sehingga muncul gejolak-gejolak yang membuat rusuh di berbagai daerah. Bukankan seharusnya tidak seperti itu penanganannya, apakah tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik dulu? Atau mungkin memang sudah diselidiki terlebih dahulu sehingga muncul gerakan-gerakan seperti ini. Setidaknya setiap oknum memiliki alasan yang kuat untuk melakukan sebuah gerakan, jangan hanya karena ingin dilihat banyak orang, sehingga melakukan gerakan-gerakan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Baik aparat maupun mahasiswa papua, mereka semua berusaha memperjuangkan sesuatu yang sering disebut kebenaran dan keadilan. Meskipun hasilnya akan membuat kerugian pada diri mereka sendiri. Banyak yang bilang jika Komnas HAM harus segera menyelidiki aksi aksi yang bisa membuat celah keretakan persatuan Indonesia yang sudah dijaga sejak lama. Sebenarnya dalam kasus ini bukan hanya aparat, mahasiswa atau Komnas HAM yang harus dijadikan obyek, tetapi sebagai warga negara yang juga tinggal di Indonesia mari menjadi pribadi yang bisa saling menghargai, menghormati dan juga saling mengasihi untuk bisa hidup rukun bersama-sama.

Sebagai mahasiswa mungkin berpikir kritis bisa menjadi batu lompatan untuk menjadikan diri lebih maju, tapi jangan hanya sekedar berpikir kritis, tapi setidaknya tunjukkan sebuah aksi yang membuat diri sendiri dan orang lain maju bersama tanpa harus menjatuhkan satu sama lain. Mahasiswa biasanya tampil sebagai motor penggerak gerakan perubahan karena merasa mereka lebih mengerti dari orang lain, secara mahasiswa itu seperti seseorang dalam masa transisi pencarian jati diri.

Meski begitu tidak baik jika hanya menilai dari satu sisi saja, mungkin akan lebih baik jika mempertemukan perwakilan dari masing-masing pihak untuk bermusyawarah mengapa dan bagaimana seharusnya. Dan yang lebih penting adalah kita harus menjadi orang bijak dengan tidak cepat termakan berita-berita hoax yang sering muncul untuk menggoyahkan keyakinan satu sama lain. Karena memang kita tidak hidup sendirian di dunia ini.

Tentunya harus ada penjelasan yang logis kenapa peristiwa semacam ini bisa terjadi. Kejadian ini seperti tamparan untuk kita sebagai warga negara Indonesia yang sering membangga-banggakan jika Indonesia adalah negara yang ramah dan menghormati hak satu sama lain, juga selalu rukun antar umat beragama dan juga suku bangsa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tipe-tipe Dosen Perkuliahan yang menyenangkan dan juga menakutkan bagi mahasiswa

Faktanya, Perempuan itu lebih unggul dari laki-laki

Ketidaksetaraan gaji yang diberikan kepada laki-laki dan permpuan